• Pembelajaran PKn Dengan Media Film dan Video
  • Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
  • Karakteristik Pendekatan CTL
Rabu, 11 Juli 2012

Pembelajaran PKn Dengan Media Film dan Video

guru sd maju bersama
Dalam proses pembelajaran di sekolah, seorang guru harus bertindak kreatif dan inovatif untuk mentransfer ilmu kepada siswa. Tindakan kreatif dan inovatif itu berupa penggunaan pendekatan, metode, model dan media pembelajaran yang bervariasi. Dalam penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, seorang guru dapat memanfaatkan media di sekitar. Selain itu seorang guru juga harus bisa menghubungkan media pembelajaran yang digunakan dengan pelajaran maupun materi pembelajaran yang diajarkan. Salah satu penggunaan media yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah menggunakan media film dan video dalam pembelajaran PKn.
Pembelajaran PKn dengan menggunakan film dan video merupakan pembelajaran yang didahului dengan mengamati film atau video yang berhubungan dengan materi pembelajaran PKn di SD. Pengamatan siswa terhadap film atau video yang disajikan akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehinggga nantinya seorang guru akan mudah memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Setelah itu, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan soal berupa masalah yang diberikan guru yang ada kaitannya dengan peristiwa/cerita yang terdapat dalam film atau video yang telah disajikan oleh guru. Untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan guru dengan mempergunakan film atau video (media audio visual), maka guru meminta beberapa orang peserta didik untuk bermain peran ke depan kelas sesuai dengan skenario yang telah diberikan guru sebelumnya. Skenario bermain peran tersebut masih ada hubungannya dengan materi yang baru dipelajari peserta didik. Dengan bermain peran, siswa juga dapat mengalami secara langsung nilai-nilai dari materi pembelajaran yang disampaikan. Hal ini tidak terlepas dari tujuan pembelajaran PKn yang lebih menonjolkan aspek afektif dalam tujuan pembelajaran.
Menurut Basuki (1992:75), pembelajaran dengan menggunakan media, disini medianya adalah film dan video dan mata pelajarannya adalah PKn, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Persiapan
a)    Mempelajari dan menyiapkan media pembelajaran (film/video) tentang materi PKn yang akan dipelajari
b)   Menyampaikan tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan materi pembelajaran PKn yang akan dipelajari
c)    Membangkitkan skemata yang ada kaitannya dengan materi PKn yang akan dipelajari
d)   Mengatur tatanan media dan posisi tempat duduk peserta didik.
2)   Pelaksanaan (penyajian)
a)    Mengamati pemutaran film atau video yang berhubungan dengan materi pembelajaran PKn
b)   Tanya-jawab mengenai film atau video yang telah disajikan
c)    Menceritakan film atau video secara ringkas.
3)   Tindak Lanjut
a)    Berdiskusi kelompok tentang film atau video yang telah disajikan
b)   Melaporkan hasil diskusi.
Pada tahap tindak lanjut ini kita dapat menambahkan langkah-langkah berupa bermaia peran pada kegiatan pembelajaran. Penambahan kegiatan bermain peran ini merupakan langkah kreatif dan inovatif yang dilakukan seorang guru untuk memperdalam pemahaman siswa tentang materi pembelajaran PKn yang telah disampaikan.
Daftar Rujukan
Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 1991/1992. Media Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
READ MORE - Pembelajaran PKn Dengan Media Film dan Video

Kesulitan Belajar Pada Anak


Kesulitan belajar anak
Sebagai seorang pendidik kita harus mengetahui perkembangan peserta didik kita. Peserta didik kita tidak seluruhnya memiliki kemampuan yang sama, baik dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk menciptakan kelancaran seorang pendidik dalam proses pembelajaran hendaknya kita harus mengenali kesulitan belajar peserta didik.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang memiliki ganguan satu atau  lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.
Kesulitan belajar peserta didik ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar peserta didik diantaranya :
1.    Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.    Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.    Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.    Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.    Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari penjelasan di atas, seorang pendidik sangat perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Kesulitan belajar yang dialami siswa hendaknya menjadi evaluasi oleh seorang pendidik. Selain itu kita juga harus memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik kita agar kesulitan belajar yang dialaminya berangsur-angsur berubah ke arah yang lebih baik. Kompetensi sosial juga harus di maksimalkan oleh pendidik, salah satunya melakukan pertemuan dengan orang tua peserta didik untuk menganalisa bentuk kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1.    Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2.    Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3.    Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4.    Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Pada awalnya, keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah tergantung pada IQ(intelligence quotient) saja. Namun pada saat ini dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan banyak sekali aspek-aspek yang menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah kecerdasan emosional (emotional intelligence).
Kecerdasan emosional (emotional intelligence)  kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional (emotional intelligence) dapat mengatur emosinya dalam proses pembelajaran. Pengaturan emosi dalam proses pembelajaran dapat menghasilkan pemikiran yang lebih bijaksana dan dewasa bagi peserta didik. Dengan demikian, usia yang masih anak-anak tidak menjadi penghalang dalam perkembangan emosi anak dalam proses pematangan.
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan kita sebagai peserta didik harus mengevaluasi diri kita secara maksimal. Kita tidak boleh membiarkan peserta didik yang rendah prestasinya begitu saja. Akan tetapi kita harus menganalisa perkembangan kesulitan belajar dan emosional peserta didik. Hal ini juga berkaitan dengan kurikulum KTSP mempunyai otonomi khusus dalam pembuatan RPP yaitu dengan menanamkan karakter pada setiap proses pembelajaran yang bertujuan untuk memaksimalkan kecerdasan emosional anak.
READ MORE - Kesulitan Belajar Pada Anak
Sabtu, 07 Juli 2012

Tuyak:"kalau tidak kita yang membantu mereka, siapa lagi....."

Elias Tuyak Siribere
Saya ingin berbagi cerita tentang seorang teman saya. Namanya Elias Tuyak Siribere. Dia adalah teman satu asrama saya, yaitu Asrama PGSD UPP III Bandar Buat UNP. Sebelumnya saya mohon maaf sama tuyak, karena tanpa izin dia saya buat postingan ini.

hahahaha.....
Gak apa-apa kan bro.....
SALUT....
Satu kata itu yang pantas saya pribadi berikan pada teman saya yang satu ini.
Kenapa saya berkata seperti itu, oke mari sama-sama kita simak.
Berawal dari bencana alam yang melanda Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai pada tahun 2010. Kami mahasiswa PGSD Berasrama UNP bersama teman-teman HIMA PGSD UNP bahu membahu turun ke jalan mencari sumbangan di kota Padang. Salah satunya teman kami inilah yang paling semangat untuk membantu saudara-saudara kita yang dilanda musibah di Kepulauan Mentawai. Bukan semata-mata dia adalah orang Mentawai asli, tapi murni karena kemanusiaan.
Walaupun banyak kontra tentang keberangkatan kami, tapi kami tetap semangat lanjut ke bumi sikerei tercinta. Yang paling menyedihkan dari kontra itu adalah kami ke mentawai sekalian pulang kampung.
hahahaha...... (susah juga kalo niat kita baik ya bro)..
Singkat cerita, setelah kami sampai di Sikakap, saya masih teringat kata-kata teman ini. Walaupun terdengar hanya sederhana saja dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, tapi mengandung makna yang dalam. Ketika kami rombongan hendak mengirimkan bantuan ke korban, kebetulan saya jalan bareng dengan tuyak. Terlihat semangatnya yang begitu besar untuk segera sampai ke tenda penduduk. Waktu itu dia mengatakan, "kalau tidak kita yang membantu mereka, siapa lagi..... tidak mungkin saudara-saudara mereka yang sudah meninggal dunia bangkit untuk menolong saudaranya yang masih hidup...."
Sepersekian detik setelah tuyak berbicara seperti itu,saya langsung terharu bercampur sedih. Memang benar apa yang dikatakan oleh Tuyak, seseorang yang memerlukan bantuan harus segera kita tolong.
Apalagi waktu itu kami adalah mahasiswa yang merupakan basis depan negeri ini. Bukannya hanya belajar saja untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Buat apa nilai selama studi tinggi tapi kegiatan sosial kita nol besar. Mungkin karena itu negara kita banyak orang yang pintar tapi tidak mau memikirkan nasib orang lain. Senang milik sendiri, susahnya orang lain aja yang nanggung. (Aduh kacau kalau calon pemimpin seperti itu).
Buat Elias Tuyak, anda adalah orang yang tegas dalam menjadi leader kami di Mentawai pada saat memberikan bantuan. Semangat ya bro buat bangun daerahnya. Walaupun dulu janji mahasiswa PGSD Berasrama Ikatan Dinas akan langsung diangkat setelah selesai studi terabaikan. Tapi daerahmu sangat membutuhkan pemimpin yang mempunyai jiwa sosial yang besar sepertimu. Walaupun ini hanya posting sederhana, tapi saya yakin apabila kita dapat mengambil makna dari jiwa sosial elias Tuyak pasti akan terasa besar manfaatnya.
Terima kasih juga sudah gendong saya waktu menyebrang sungai di Pagai Selatan.
hehehehe......
SALAM PERUBAHAN.....
READ MORE - Tuyak:"kalau tidak kita yang membantu mereka, siapa lagi....."
Jumat, 06 Juli 2012

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

Solusi Tepat Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar
Oleh: Ferdy H. Pantar

Quantum Teaching
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain.
Dari segi pengajaran, hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi (khususnya bidang studi Sains) di Sekolah Dasar terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak khususnya para siswa. Hal tersebut disebabkan oleh tiga hal. Pertama, proses/hasil kerja lembaga pendidikan tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning).
Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh pelbagai kalangan di Indonesia melalui seminar, pelatihan, dan penerapan tentangnya. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya. Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya belum banyak dibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya pembelajaran kuantum secara utuh dan lengkap.
B. Model Pembelajaran Quantum Teaching
1. Sejarah Munculnya
Model pembelajaran Quantum Teaching muncul di Super Comp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum. Learning Forum adalah sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De Porter, 1992). Selama dua belas hari (menginap), siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat yang meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti Super Comp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos Groenendal).
2. Asas Utama Metologi Quantun Teaching
Quantun Teaching bersandar pada konsep ini; “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Artinya bahwa pentingnya bagi seorang guru memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Alasannya adalah karena tindakan ini akan memberikan ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesabaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya, dengan mengaitkan apa yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, social, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan ini terbentuk, guru dapat membawa mereka kedalam dunianya serta memberi pemahaman akan isi dunia itu. Sehingga siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunianya dan mnerapkannya pada situasi baru.
3. Prinsip-prinsip Quantun Teaching
Quantun Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap;
a) Segalanya berbicara
b) Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran, semua mengirim pesan tentang pelajaran.
c) Segalanya bertujuan
d) Pengalaman sebelum pemberian nama
e) Proses belajar paling efektif terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
f) Akui setiap usaha
g) Setiap mengambil langkah, siswa patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
h) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
C. Efektifitas Quantum Teaching Dalam Pembelajaran
Quantun Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Cara-cara belajar dalam Quantun Teaching dapat meningkatkan;
1) Partisipasi dengan menggubah (mengorkestrasi) keadaan
2) Motivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan (TANDUR)
3) Rasa kebersamaan dengan menggunakan delapan kunci keunggulan
4) Daya ingat dengan menggunakan SLIM-n-BILL
5) Daya dengan anak didik anda dengan mengikuti prinsip-prinsip komunikasi AMPUH
6) Kehalusan transisi dengan MPT
Masih banyak strategi lain yang akan dapat menempatkan guru dan siswa pada jalur cepat dan semua itu menuju kesuksesan belajar. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek Quantun Teaching yang dianggap sebagai struktur chord dasar dan simponi belajar, sekaligus menjadi infrastruktur bagi model pembelajaran guru.
D. Kesimpulan
Dari uraian tentang Quantun Teaching diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut;
1) Dalam pembelajaran Quantun Teaching akan dikenalkan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah.
2) Dalam Quantun Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan penciptaan lingkungan kelas yang menyenangkan, siswa akan memperoleh suatu penguat (reinforcer) dan akan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
3) Dalam pembelajaran Quantun Teaching, murid akan lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri.
4) Penerapan pembelajaran Quantun Teaching akan menjadikan interaksi-interaksi yang menggubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka dan orang lain.
5) Model pembelajaran Quantun Teaching akan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, dan mengembalikan proses belajar ke keadaan mudah dan alami.
6) Di dalam Quantun Teaching, proses belajar siswa dimulai/beranjak dari informasi atau sesuatu yang telah ada atau diketahui siswa sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka peajari.
E. Penutup
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita menggubah lingkungan, presentasi dan system pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam linkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Asas utama Quantum Teaching bersandar pada konsep; Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Artinya bahwa pentingnya seorang guru untuk masuk ke dunia siswa sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran.
Penulis merasa yakin bahwa landasan teori metode ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di SD. Lingkungan yang mendukung dan proses pembelejaran yang menyenangkan dan menggairahkan dapat menciptakan serta meningkatkan motivasi siswa SD untuk belajar. Sehingga keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran di sekolah dapat teratasi melalui metode ini. Semoga bermanfaat…
* * *
Daftar Sumber:
Abror, A.R. 1989. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Grasindo
De Porter, B. Reardon, M. Dan Siregar, N.S. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Penerbit Kaifa
De Porter, Micke hernaki. 1992. Quantum Learning. Bandung: Penerbit
KaifaSlamento. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

READ MORE - MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING